Sabtu, 21 Januari 2012

Biografi para Ilmuwan


Biografi Albert Einstein
Albert Einstein (14 Maret 1879–18 April 1955) adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis". Setelah teori relativitas umum dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa bagi seorang ilmuwan. Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan jenius. Wajahnya merupakan salah satu yang paling dikenal di seluruh dunia. Pada tahun 1999, Einstein dinamakan "Orang Abad Ini" oleh majalah Time. Kepopulerannya juga membuat nama "Einstein" digunakan secara luas dalam iklan dan barang dagangan lain, dan akhirnya "Albert Einstein" didaftarkan sebagai merk dagang. Untuk menghargainya, sebuah satuan dalam fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein.
Biografi

1. Masa muda dan universitas
Einstein dilahirkan di Ulm di Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur Stuttgart. Bapaknya bernama Hermann Einstein, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian menjalani pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama Pauline. Mereka menikah di Stuttgart-Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Albert disekolahkan di sekolah Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran biola. Pada umur lima, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya (diteliti setelah kematiannya).
Di waktu kecilnya Albert Einstein nampak terbelakang karena kemampuan bicaranya amat terlambat. Wataknya pendiam dan suka bermain seorang diri. Bulan November 1981 lahir adik perempuannya yang diberi nama Maja. Sampai usia tujuh tahun Albert Einstein suka marah dan melempar barang, termasuk kepada adiknya.
Minat dan kecintaannya pada bidang ilmu fisika muncul pada usia lima tahun. Ketika sedang terbaring lemah karena sakit, ayahnya menghadiahinya sebuah kompas. Albert kecil terpesona oleh keajaiban kompas tersebut, sehingga ia membulatkan tekadnya untuk membuka tabir misteri yang menyelimuti keagungan dan kebesaran alam.

Meskipun pendiam dan tidak suka bermain dengan teman-temannya, Albert Einstein tetap mampu berprestasi di sekolahnya. Raportnya bagus dan ia menjadi juara kelas. Selain bersekolah dan menggeluti sains, kegiatan Albert hanyalah bermain musik dan berduet dengan ibunya memainkan karya-karya Mozart dan Bethoveen.

Albert menghabiskan masa kuliahnya di ETH (Eidgenoessische Technische Hochscule). Pada usia 21 tahun Albert dinyatakan lulus. Setelah lulus, Albert berusaha melamar pekerjaan sebagai asisten dosen, tetapi ditolak. Akhirnya Albert mendapat pekerjaan sementara sebagai guru di SMA. Kemudian dia mendapat pekerjaan di kantor paten di kota Bern. Selama masa itu Albert tetap mengembangkan ilmu fisikanya..
Dia kemudian diberikan penghargaan untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme. Einstein mulai belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan matematika. Pada tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia ayahnya, Einstein pindah dari Munich ke Pavia, Italia (dekat Milan). Albert tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum bergabung kembali dengan keluarganya di Pavia. Kegagalannya dalam seni liberal dalam tes masuk Eidgenössische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss Federal, di Zurich) pada tahun berikutnya adalah sebuah langkah mundur;j dia oleh keluarganya dikirim ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah menengahnya, di mana dia menerima diploma pada tahun 1896, Einstein beberapa kali mendaftar di Eidgenössische Technische Hochschule. Pada tahun berikutnya dia melepas kewarganegaraan Württemberg, dan menjadi tak bekewarganegaraan.
Pada 1898, Einstein menemui dan jatuh cinta kepada Mileva Maric, seorang Serbia yang merupakan teman kelasnya (juga teman Nikola Tesla). Pada tahun 1900, dia diberikan gelar untuk mengajar oleh Eidgenössische Technische Hochschule dan diterima sebagai warga negar Swiss pada 1901. Selama masa ini Einstein mendiskusikan ketertarikannya terhadap sains kepada teman-teman dekatnya, termasuk Mileva. Dia dan Mileva memiliki seorang putri bernama Lieserl, lahir dalam bulan Januari tahun 1902. Lieserl, pada waktu itu, dianggap tidak legal karena orang tuanya tidak menikah.
2. Kerja dan Gelar Doktor

Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss dalah tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengatahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk, dan belajar dari direktur bagaimana "menjelaskan dirinya secara benar". Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka. Einstein menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Pernikahan Einstein dengan Mileva, seorang matematikawan, adalah pendamping pribadi dan kepandaian; Pada 14 Mei 1904, anak pertama dari pasangan ini, Hans Albert Einstein, lahir. Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue Bestimmung der Moleküldimensionen" ("On a new determination of molecular dimensions") dalam tahun 1905 dari Universitas Zürich.
Tahun 1905 adalah tahun penuh prestasi bagi Albert, karena pada tahun ini ia menghasilkan karya-karya yang cemerlang. Berikut adalah karya-karya tersebut:
Maret: paper tentang aplikasi ekipartisi pada peristiwa radiasi, tulisan ini merupakan pengantar hipotesa kuantum cahaya dengan berdasarkan pada statistik Boltzmann. Penjelasan efek fotolistrik pada paper inilah yang memberinya hadiah Nobel pada tahun 1922.
April : desertasi doktoralnya tentang penentuan baru ukuran-ukuran molekul. Einstein memperoleh gelar PhD-nya dari Universitas Zrich.
Mei : papernya tentang gerak Brown.
Juni : Papernya yang tersohor, yaitu tentang teori relativitas khusus, dimuat Annalen der Physik dengan judul Zur Elektrodynamik bewegter Krper (Elektrodinamika benda bergerak).
September : kelanjutan papernya bulan Juni yang sampai pada kesimpulan rumus termahsyurnya : E = mc2, yaitu bahwa massa sebuah benda (m) adalah ukuran kandungan energinya (E). c adalah laju cahaya di ruang hampa (c >> 300 ribu kilometer per detik). Massa memiliki kesetaraan dengan energi, sebuah fakta yang membuka peluang berkembangnya proyek tenaga nuklir di kemudian hari. Satu gram massa dengan demikian setara dengan energi yang dapat memasok kebutuhan listrik 3000 rumah (berdaya 900 watt) selama setahun penuh, suatu jumlah energi yang luar biasa besarnya
Di tahun yang sama dia menulis empat artikel yang memberikan dasar fisika modern, tanpa banyak sastra sains yang dapat ia tunjuk atau banyak kolega dalam sains yang dapat ia diskusikan tentang teorinya. Banyak fisikawan setuju bahwa ketiga thesis itu (tentang gerak Brownian), efek fotoelektrik, dan relativitas spesial) pantas mendapat Penghargaan Nobel. Tetapi hanya thesis tentang efek fotoelektrik yang mendapatkan penghargaan tersebut. Ini adalah sebuah ironi, bukan hanya karena Einstein lebih tahu banyak tentang relativitas, tetapi juga karena efek fotoelektrik adalah sebuah fenomena kuantum, dan Einstein menjadi terbebas dari jalan dalam teori kuantum. Yang membuat thesisnya luar biasa adalah, dalam setiap kasus, Einstein dengan yakin mengambil ide dari teori fisika ke konsekuensi logis dan berhasil menjelaskan hasil eksperimen yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade. Dia menyerahkan thesis-thesisnya ke "Annalen der Physik". Mereka biasanya ditujukan kepada "Annus Mirabilis Papers" (dari Latin: Tahun luar biasa). Persatuan Fisika Murni dan Aplikasi (IUPAP) merencanakan untuk merayakan 100 tahun publikasi pekerjaan Einstein di tahun 1905 sebagai Tahun Fisika 2005.
3. Gerakan Brownian

Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama "On the Motion—Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat—of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid", mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setlah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial. Sebelum thesis ini, atom dikenal sebagai konsep yang berguan, tetapi fisikawan dan kimiawan berdebat dengan sengit apakah atom benar suatu benda yang nyata. Diskusi statistik Einstein tentang kelakuan atom memberikan pelaku eksperimen sebuah cara untuk menghitung atom hanya dengan melihat melalui mikroskop biasa. Wilhelm Ostwald, seorang pemimpin sekolah anti-atom, kemudian memberitahu Arnold Sommerfeld bahwa ia telah berkonversi kepada penjelasan komplit Einstein tentang gerakan Brownian.
Tahun 1909, Albert Einstein diangkat sebagai profesor di Universitas Zurich. Tahun 1915, ia menyelesaikan kedua teori relativitasnya. Penghargaan tertinggi atas kerja kerasnya sejak kecil terbayar dengan diraihnya Hadiah Nobel pada tahun 1921 di bidang ilmu fisika. Selain itu Albert juga mengembangkan teori kuantum dan teori medan menyatu.

Pada tahun 1933, Albert beserta keluarganya pindah ke Amerika Serikat karena khawatir kegiatan ilmiahnya - baik sebagai pengajar ataupun sebagai peneliti - terganggu. Tahun 1941, ia mengucapkan sumpah sebagai warga negara Amerika Serikat. Karena ketenaran dan ketulusannya dalam membantu orang lain yang kesulitan, Albert ditawari menjadi presiden Israel yang kedua. Namun jabatan ini ditolaknya karena ia merasa tidak mempunyai kompetensi di bidang itu. Akhirnya pada tanggal 18 April 1955, Albert Einstein meninggal dunia dengan meninggalkan karya besar yang telah mengubah sejarah dunia.

Meskipun demikian, Albert sempat menangis pilu dalam hati karena karya besarnya - teori relativitas umum dan khusus - digunakan sebagai inspirasi untuk membuat bom atom. Bom inilah yang dijatuhkan di atas kota Hiroshima dan Nagasaki saat Perang Dunia II berlangsung.
Referensi :
http://id.wikipedia.org
http://stevyhanny.blogspot.com

Biografi Sir Issac Newton

Sir Isaac Newton adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi dan juga ahli kimia yang berasal dari Inggris. Ia juga ilmuwan paling besar dan paling berpengaruh yang pernah hidup di dunia, lahir di Woolsthrope, Inggris, tepat pada hari Natal tahun 1642, bertepatan tahun dengan wafatnya Galileo. Seperti halnya Nabi Muhammad, dia lahir sesudah ayahnya meninggal Beliau merupakan pengikut aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan dikatakan sebagai bapak ilmu fisika
modern.

Masa-masa Awal Isaac Newton

Newton dilahirkan di kota Woolsthorpe-by-Colsterworth, hamlet di countyLincolnshire lahir secara prematur, dimana saat itu bayi prematur tidak diharapkan kehadirannya di dunia. Ayahnya, Isaac, meninggal tiga bulan sebelum kelahiran Newton, dan dua tahun kemudian ibunya, Hannah Ayscough Newton, menikah dengan lelaki lain dan meninggalkan Newton dengan neneknya. Newton merupakan kanak-kanak pintar.
Berdasarkan pernyataan E.T. Bell (1937, Simon and Schuster) dan H. Eves:
Newton memulai sekolah saat tinggal bersama neneknya di desa dan kemudian dikirimkan ke sekolah bahasa di daerah Grantham dimana dia akhirnya menjadi anak terpandai di sekolahnya. Saat bersekolah di Grantham dia tinggal di-kost milik apoteker lokal yang bernama William Clarke. Sebelum meneruskan kuliah di Universitas Cambridge pada usia 19, Newton sempat menjalin kasih dengan adik angkat William Clarke, Anne Storer. Saat Newton memfokuskan dirinya pada pelajaran, kisah cintanya dengan menjadi semakin tidak menentu dan akhirnya Storer menikahi orang lain. Banyak yang menegatakan bahwa dia, Newton, selalu mengenang kisah cintanya walaupun selanjutnya tidak pernah disebutkan Newton memiliki seorang kekasih dan bahkan pernah menikah.
Sejak usia 12 hingga 17 tahun, Newton mengenyam pendidikan di sekolah The Kings School yang terletak di Grantham (tanda tangannya masih terdapat di perpustakaan sekolah). Keluarganya mengeluarkan Newton dari sekolah dengan alasan agar dia menjadi petani saja, bagaimanapun Newton terlihat tidak menyukai pekerjaan barunya. Tapi pada akhirnya setelah meyakinkan keluarga dan ibunya dengan bantuan paman dan gurunya, Newton dapat menamatkan sekolah pada usia 18 tahun dengan nilai yang memuaskan.
Di masa bocah dia sudah menunjukkan kecakapan yang nyata di bidang mekanika dan teramat cekatan menggunakan tangannya. Meskipun anak dengan otak cemerlang, di sekolah tampaknya ogah-ogahan dan tidak banyak menarik perhatian. Tatkala menginjak akil baliq, ibunya mengeluarkannya dari sekolah dengan harapan anaknya bisa jadi petani yang baik. Untungnya sang ibu bisa dibujuk, bahwa bakat utamanya tidak terletak di situ.
Pada umurnya delapan belas dia masuk Universitas Cambridge. Di sinilah Newton secara kilat menyerap apa yang kemudian terkenal dengan ilmu pengetahuan dan matematik dan dengan cepat pula mulai melakukan penyelidikan sendiri. Antara usia dua puluh satu dan dua puluh tujuh tahun dia sudah meletakkan dasar-dasar teori ilmu pengetahuan yang pada gilirannya kemudian mengubah dunia.
Pertengahan abad ke-17 adalah periode pembenihan ilmu pengetahuan. Penemuan teropong bintang dekat permulaan abad itu telah merombak seluruh pendapat mengenai ilmu perbintangan. Filosof Inggris Francis Bacon dan Filosof Perancis Rene Descartes kedua-duanya berseru kepada ilmuwan seluruh Eropa agar tidak lagi menyandarkan diri pada kekuasaan Aristoteles, melainkan melakukan percobaan dan penelitian atas dasar titik tolak dan keperluan sendiri. Apa yang dikemukakan oleh Bacon dan Descartes, sudah dipraktekkan oleh si hebat Galileo. Penggunaan teropong bintang, penemuan baru untuk penelitian astronomi oleh Newton telah merevolusionerkan penyelidikan bidang itu, dan yang dilakukannya di sektor mekanika telah menghasilkan apa yang kini terkenal dengan sebutan “Hukum gerak Newton” yang pertama.
Dengan berbagai hasil karya ilmiah yang dicapainya, Newton menulis sebuah buku Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, dimana pada buku tersebut dideskripsikan mengenai teori gravitasi secara umum, berdasarkan hukum gerak yang ditemukannya, dimana benda akan tertarik ke bawah karena gaya gravitasi. Bekerja sama dengan Gottfried Leibniz, Newton mengembangkan teori kalkulus. Newton merupakan orang pertama yang menjelaskan tentang teori gerak dan berperan penting dalam merumuskan gerakan melingkar dari hukum Kepler, dimana Newton memperluas hukum tersebut dengan beranggapan bahwa suatu orbit gerakan melingkar tidak harus selalu berbentuk lingkaran sempurna (seperti elipse, hiperbola dan parabola). Newton menemukan spektrum warna ketika melakukan percobaan dengan melewati sinar putih pada sebuah prisma, dia juga percaya bahwa sinar merupakan kumpulan dari partikel-partikel. Newton juga mengembangkan hukum tentang pendinginan yang di dapatkan dari teori binomial, dan menemukan sebuah prinsip momentum dan angular momentum.
Pendapat Kepala Akademi Ilmiah Berlin tentang Newton: "Newton ialah seorang jenius besar yang pernah ada dan paling beruntung, yang tak bisa kita temukan lebih dari suatu sistem dunia untuk didirikan." [See Shapley.
Ilmuwan besar lain, seperti William Harvey, penemu ihwal peredaran darah dan Johannes Kepler penemu tata gerak planit-planit di seputar matahari, mempersembahkan informasi yang sangat mendasar bagi kalangan cendikiawan. Walau begitu, ilmu pengetahuan murni masih merupakan kegemaran para intelektual, dan masih belum dapat dibuktikan –apabila digunakan dalam teknologi– bahwa ilmu pengetahuan dapat mengubah pola dasar kehidupan manusia sebagaimana diramalkan oleh Francis Bacon.
Walaupun Copernicus dan Galileo sudah menyepak ke pinggir beberapa anggapan ngelantur tentang pengetahuan purba dan telah menyuguhkan pengertian yang lebih genah mengenai alam semesta, namun tak ada satu pokok pikiran pun yang terumuskan dengan seksama yang mampu membelokkan tumpukan pengertian yang gurem dan tak berdasar seraya menyusunnya dalam suatu teori yang memungkinkan berkembangnya ramalan-ramalan yang lebih ilmiah. Tak lain dari Isaac Newton-lah orangnya yang sanggup menyuguhkan kumpulan teori yang terangkum rapi dan meletakkan batu pertama ilmu pengetahuan modern yang kini arusnya jadi anutan orang.
Newton sendiri agak ogah-ogahan menerbitkan dan mengumumkan penemuan-penemuannya. Gagasan dasar sudah disusunnya jauh sebelum tahun 1669 tetapi banyak teori-teorinya baru diketahui publik bertahun-tahun sesudahnya. Penerbitan pertama penemuannya adalah menyangkut penjungkir-balikan anggapan lama tentang hal-ihwal cahaya. Dalam serentetan percobaan yang seksama, Newton menemukan fakta bahwa apa yang lazim disebut orang “cahaya putih” sebenarnya tak lain dari campuran semua warna yang terkandung dalam pelangi. Dan ia pun dengan sangat hati-hati melakukan analisa tentang akibat-akibat hukum pemantulan dan pembiasan cahaya. Berpegang pada hukum ini dia –pada tahun 1668– merancang dan sekaligus membangun teropong refleksi pertama, model teropong yang dipergunakan oleh sebagian terbesar penyelidik bintang-kemintang saat ini. Penemuan ini, berbarengan dengan hasil-hasil yang diperolehnya di bidang percobaan optik yang sudah diperagakannya, dipersembahkan olehnya kepada lembaga peneliti kerajaan Inggris tatkala ia berumur dua puluh sembilan tahun.
Keberhasilan Newton di bidang optik saja mungkin sudah memadai untuk mendudukkan Newton pada urutan daftar buku ini. Sementara itu masih ada penemuan-penemuan yang kurang penting di bidang matematika murni dan di bidang mekanika. Persembahan terbesarnya di bidang matematika adalah penemuannya tentang “kalkulus integral” yang mungkin dipecahkannya tatkala ia berumur dua puluh tiga atau dua puluh empat tahun. Penemuan ini merupakan hasil karya terpenting di bidang matematika modern. Bukan semata bagaikan benih yang daripadanya tumbuh teori matematika modern, tetapi juga perabot tak terelakkan yang tanpa penemuannya itu kemajuan pengetahuan modern yang datang menyusul merupakan hal yang mustahil. Biarpun Newton tidak berbuat sesuatu apapun lagi, penemuan “kalkulus integral”-nya saja sudah memadai untuk menuntunnya ke tangga tinggi dalam daftar urutan buku ini.
Tetapi penemuan-penemuan Newton yang terpenting adalah di bidang mekanika, pengetahuan sekitar bergeraknya sesuatu benda. Galileo merupakan penemu pertama hukum yang melukiskan gerak sesuatu obyek apabila tidak dipengaruhi oleh kekuatan luar. Tentu saja pada dasarnya semua obyek dipengaruhi oleh kekuatan luar dan persoalan yang paling penting dalam ihwal mekanik adalah bagaimana obyek bergerak dalam keadaan itu. Masalah ini dipecahkan oleh Newton dalam hukum geraknya yang kedua dan termasyhur dan dapat dianggap sebagai hukum fisika klasik yang paling utama. Hukum kedua (secara matcmatik dijabarkan dcngan persamaan F = m.a) menetapkan bahwa akselerasi obyek adalah sama dengan gaya netto dibagi massa benda. Terhadap kedua hukum itu Newton menambah hukum ketiganya yang masyhur tentang gerak (menegaskan bahwa pada tiap aksi, misalnya kekuatan fisik, terdapat reaksi yang sama dengan yang bertentangan) serta yang paling termasyhur penemuannya tentang kaidah ilmiah hukum gaya berat universal. Keempat perangkat hukum ini, jika digabungkan, akan membentuk suatu kesatuan sistem yang berlaku buat seluruh makro sistem mekanika, mulai dari pergoyangan pendulum hingga gerak planit-planit dalam orbitnya mengelilingi matahari yang dapat diawasi dan gerak-geriknya dapat diramalkan. Newton tidak cuma menetapkan hukum-hukum mekanika, tetapi dia sendiri juga menggunakan alat kalkulus matematik, dan menunjukkan bahwa rumus-rumus fundamental ini dapat dipergunakan bagi pemecahan problem.
Hukum Newton dapat dan sudah dipergunakan dalam skala luas bidang ilmiah serta bidang perancangan pelbagai peralatan teknis. Dalam masa hidupnya, pemraktekan yang paling dramatis adalah di bidang astronomi. Di sektor ini pun Newton berdiri paling depan. Tahun 1678 Newton menerbitkan buku karyanya yang masyhur Prinsip-prinsip matematika mengenai filsafat alamiah (biasanya diringkas Principia saja). Dalam buku itu Newton mengemukakan teorinya tentang hukum gaya berat dan tentang hukum gerak. Dia menunjukkan bagaimana hukum-hukum itu dapat dipergunakan untuk memperkirakan secara tepat gerakan-gerakan planit-planit seputar sang matahari. Persoalan utama gerak-gerik astronomi adalah bagaimana memperkirakan posisi yang tepat dan gerakan bintang-kemintang serta planit-planit, dengan demikian terpecahkan sepenuhnya oleh Newton hanya dengan sekali sambar. Atas karya-karyanya itu Newton sering dianggap seorang astronom terbesar dari semua yang terbesar.
Apa penilaian kita terhadap arti penting keilmiahan Newton? Apabila kita buka-buka indeks ensiklopedia ilmu pengetahuan, kita akan jumpai ihwal menyangkut Newton beserta hukum-hukum dan penemuan-penemuannya dua atau tiga kali lebih banyak jumlahnya dibanding ihwal ilmuwan yang manapun juga. Kata cendikiawan besar Leibniz yang sama sekali tidak dekat dengan Newton bahkan pernah terlibat dalam suatu pertengkaran sengit: “Dari semua hal yang menyangkut matematika dari mulai dunia berkembang hingga adanya Newton, orang itulah yang memberikan sumbangan terbaik.” Juga pujian diberikan oleh sarjana besar Perancis, Laplace: “Buku Principia Newton berada jauh di atas semua produk manusia genius yang ada di dunia.” Dan Langrange sering menyatakan bahwa Newton adalah genius terbesar yang pernah hidup. Sedangkan Ernst Mach dalam tulisannya di tahun 1901 berkata, “Semua masalah matematika yang sudah terpecahkan sejak masa hidupnya merupakan dasar perkembangan mekanika berdasar atas hukum-hukum Newton.” Ini mungkin merupakan penemuan besar Newton yang paling ruwet: dia menemukan wadah pemisahan antara fakta dan hukum, mampu melukiskan beberapa keajaiban namun tidak banyak menolong untuk melakukan dugaan-dugaan; dia mewariskan kepada kita rangkaian kesatuan hukum-hukum yang mampu dipergunakan buat permasalahan fisika dalam ruang lingkup rahasia yang teramat luas dan mengandung kemungkinan untuk melakukan dugaan-dugaan yang tepat.
Dalam uraian yang begini ringkas, adalah mustahil membeberkan secara terperinci penemuan-penemuan Newton. Akibatnya, banyak karya-karya yang agak kurang tenar terpaksa harus disisihkan biarpun punya makna penting di segi penemuan dalam bidang masalahnya sendiri. Newton juga memberi sumbangsih besar di bidang thermodinamika (penyelidikan tentang panas) dan di bidang akustik (ilmu tentang suara). Dan dia pulalah yang menyuguhkan penjelasan yang jernih bagai kristal prinsip-prinsip fisika tentang “pengawetan” jumlah gerak agar tidak terbuang serta “pengawetan” jumlah gerak sesuatu yang bersudut. Antrian penemuan ini kalau mau bisa diperpanjang lagi: Newtonlah orang yang menemukan dalil binomial dalam matematika yang amat logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Mau tambah lagi? Dia juga, tak lain tak bukan, orang pertama yang mengutarakan secara meyakinkan ihwal asal mula bintang-bintang.
Nah, sekarang soalnya begini: taruhlah Newton itu ilmuwan yang paling jempol dari semua ilmuwan yang pernah hidup di bumi. Paling kemilau bagaikan batu zamrud di tengah tumpukan batu kali. Taruhlah begitu. Tetapi, bisa saja ada orang yang mempertanyakan alasan apa menempatkan Newton di atas pentolan politikus raksasa seperti Alexander Yang Agung atau George Wasington, serta disebut duluan ketimbang tokoh-tokoh agama besar seperti Nabi Isa atau Budha Gautama. Kenapa mesti begitu?
Pertimbangan saya begini. Memang betul perubahan-perubahan politik itu penting kalau tidak teramat penting. Walau begitu, bagaimanapun juga pada umumnya manusia sebagaian terbesar hidup nyaris tak banyak beda antara mereka di jaman lima ratus tahun sesudah Alexander wafat dengan mereka di jaman lima ratus sebelum Alexander muncul dari rahim ibunya. Dengan kata lain, cara manusia hidup di tahun 1500 sesudah Masehi boleh dibilang serupa dengan cara hidup buyut bin buyut bin buyut mereka di tahun 1500 sebelum Masehi. Sekarang, tengoklah dari sudut perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam lima abad terakhir, berkat penemuan-penemuan ilmiah modern, cara hidup manusia sehari-hari sudah mengalami revolusi besar. Cara berbusana beda, cara makan beda, cara kerja dan ragamnya beda. Bahkan, cara hidup santai berleha-leha pun sama sekali tidak mirip dengan apa yang diperbuat orang jaman tahun 1500 sesudah Masehi. Penemuan ilmiah bukan saja sudah merevolusionerkan teknologi dan ekonomi, tetapi juga sudah mengubah total segi politik, pemikiran keagamaan, seni dan falsafah. Sangat langkalah aspek kehidupan manusia yang tetap “jongkok di tempat” tak beringsut sejengkal pun dengan adanya revolusi ilmiah. Alasan ini –sekali lagi alasan ini– yang jadi sebab mengapa begitu banyak ilmuwan dan penemu gagasan baru tercantum di dalam daftar buku ini. Newton bukan semata yang paling cerdas otak diantara barisan cerdas otak, tetapi sekaligus dia tokoh yang paling berpengaruh di dalam perkembangan teori ilmu. Itu sebabnya dia peroleh kehormatan untuk didudukkan dalam urutan hampir teratas dari sekian banyak manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Newton menghembuskan nafas penghabisan tahun 1727, dikebumikan di Westminster Abbey, ilmuwan pertama yang memperoleh penghormatan macam itu.

Daftar karya Newton


referensi :
http://www.googlebottle.com/tokoh-dunia/isaac-newton.html

SkripsiKu


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Adanya perubahan kurikulum membawa implikasi terjadinya perubahan pada proses pembelajaran. Perubahan yang dimaksud adalah dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah/tanya jawab ke proses pembelajaran yang menggunakan beragam metode-metode pembelajaran yang terbukti secara efisien dapat merubah pola pikir peserta didik yang secara langsung berdampak pada meningkatnya hasil belajar fisika peserta didik, dan memberikan peranan yang besar terhadap kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta didik selama proses pembelajaran secara menyeluruh.

 
Kenyataannya, sebagian besar peserta didik menganggap bahwa fisika adalah ilmu yang tidak mudah. Fakta telah menunjukkan bahwa fisika adalah pelajaran yang menakutkan dan menegangkan sehingga sebagian besar peserta didik menganggapnya sebagai momok di sekolah dan tidak termotivasi untuk mempelajari fisika. Pandangan yang demikian itulah yang menyebabkan sebagian besar peserta didik tidak berminat mempelajari fisika. Masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan kurangnya hubungan yang komunikatif antara pendidik dan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum, padahal proses belajar mengajar dipengaruhi oleh perilaku saling interaksi. Oleh sebab itu, perlu penerapan metode, strategi atau model yang bervariasi dalam pembelajaran fisika, sehingga peserta didik tidak menganggap bahwa fisika adalah sesuatu yang perlu ditakuti karena mata pelajaran fisika sebenarnya menarik dan sangat dekat dengan kehidupan nyata.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Keberhasilan peningkatan mutu pendidikan khususnya fisika tergantung dari berbagai faktor, antara lain peserta didik itu sendiri, materi pelajaran, pendidik dan orang tua, strategi belajar mengajar yang disiapkan oleh pendidik, paling tidak pendidik menguasai materi yang diajarkan dan terampil dalam mengajarkannya.
Hal ini tergantung dari metode dan pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Jadi pendekatan yang perlu dikembangkan sebagai alternatif yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan agar proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien adalah metode yang benar-benar melibatkan peserta didik selama proses belajar berlangsung.
Melalui observasi yang dilakukan terungkap, bahwa SMP Muhammadiyah 12 Makassar mengalami permasalahan yang pada umumnya sama dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas.
Hal ini disebabkan karena pembelajaran fisika di sekolah menengah masih didominasi oleh pendidik (teacher center) yang berakibat timbul rasa jenuh pada peserta didik ketika menerima pelajaran, dimana aktivitas peserta didik hanya mencatat, mendengar, dan sedikit bertanya sehingga peserta didik menganggap bahwa mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang sulit, bahkan merupakan mata pelajaran yang kurang menarik dan sangat membosankan. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar fisika yang sering dijadikan indikator rendahnya mutu pendidikan di sekolah tersebut. 
Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik maka dibutuhkan metode dan pendekatan  pembelajaran yang lebih baik dan sesuai dengan minat dan kemampuan peserta didik secara keseluruhan.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan mengangkat judul “Penerapan Metode  Team Work dengan Pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) Dalam Pembelajaran Fisika Peserta Didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.”
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Seberapa besar hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek kognitif, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?
2.      Seberapa besar hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek afektif, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?
3.      Seberapa besar hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek psikomotorik, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?
4.      Seberapa besar hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek kognitif, setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?
5.      Seberapa besar hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek afektif, setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?
6.      Seberapa besar hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek psikomotorik, setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?
7.      Apakah terdapat perbedaan  signifikan antara hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek kognitif, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) dan setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?
8.      Apakah terdapat perbedaan  signifikan antara hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek afektif, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)  dan setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?
9.      Apakah terdapat perbedaan  signifikan antara hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek psikomotorik, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) dan setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)?  
C.   Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.             Untuk memperoleh gambaran hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek kognitif, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
2.             Untuk memperoleh gambaran hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek afektif, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
3.             Untuk memperoleh gambaran hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek psikomotorik, sebelum menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
4.             Untuk memperoleh gambaran hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makasssar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek kognitif, setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
5.             Untuk memperoleh gambaran hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek afektif, setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
6.             Untuk memperoleh gambaran hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek psikomotorik , setelah menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
7.             Untuk mengetahui perbedaan signifikan antara hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek kognitif sebelum dan setelah diajar dengan menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
8.             Untuk mengetahui perbedaan signifikan antara hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek afektif sebelum dan setelah diajar dengan menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
9.             Untuk mengetahui perbedaan signifikan antara hasil belajar fisika peserta didik kelas VIII SMA Muhammadiyah 12 Makassar Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran fisika ditinjau dari aspek psikomotorik sebelum dan setelah diajar dengan menerapkan metode  Team Work dengan pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).
D.   Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini di antaranya adalah:
1.             Penentu kebijakan, dalam hal ini Kepala SMP Muhammadiyah 12 Makassar sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan proses pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam usaha peningkatan kualitas sekolah.
2.             Pendidik, sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan,
3.             Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran fisika.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.                Pembelajaran IPA Fisika di SMP
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

 
Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun Sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar  secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pelajaran fisika  diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memaahami alam sekitar secara ilmiah.
Dengan demikian, proses pembelajaran IPA fisika di SMP lebih ditekankan pada keterampilan proses, sehingga peserta didik dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah peserta didik itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
a.         Tujuan Mata Pelajaran IPA  di SMP
Mata pelajaran IPA di SMP bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)        Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya.
2)        Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3)        Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4)        Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5)        Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6)        Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7)        Meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

b.        Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fisika di SMP
Bahan kajian fisika untuk SMP merupakan kelanjutan dari bahan kajian IPA SD meliputi aspek-aspek berikut:
1)        Materi dan sifatnya
2)        Energi dan perubahannya
3)        Bumi dan alam semesta
c.         Hakikat  Pembelajaran Fisika
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep (Trianto, 2010:137). Sehingga dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

Menurut Prihantoro (Trianto, 2010:142) bahwa, merujuk pada hakikat IPA, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain:
a)        Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut    langkah-langkah metode ilmiah.
b)        Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
c)        Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik kaitannya dalam pelajaran maupun dalam kehidupan.
Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA fisika diharapkan dapat memberikan:
1.      Meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan kerteraturan alam ciptaannya.
2.      Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengerahui antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4.      Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5.      Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6.      Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7.      Meningkatkan pengetahuan mengenai konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Depdiknas dalam Trianto, 2010:143).
B.            Landasan Model / Strategi Pembelajaran
a.    Landasan Spiritual dalam Pendidikan
Landasan spiritual merupakan landasan yang paling mendasari dari landasan-landasan pendidikan, sebab landasan spiritual merupakan landasan yang diciptakan oleh Allah SWT, yakni Tuhan yang Maha Kuasa. Landasan spiritual itu berupa firman Allah SWT dalam kitab suci Al Qur’an dan Al Hadits berupa risalah (tuntunan) yang dibawakan oleh Rasulullah (utusan Allah) yakni Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam (SAW) untuk umat manusia, berisi tentang tuntunan-tuntunan atau pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat nanti, serta merupakan rahmat bagi seluruh alam.
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menjelaskan tentang pentingnya suatu pengetahuan. Seperti dalam Surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi :
“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
Ayat diatas mengisyaratkan pentingnya belajar atau berpengetahuan. Perbandingan antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui sangat jelas. Bahkan dijelaskan bahwa hanya orang-orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran.
     Ayat yang lain yaitu pada surah Al- Isra’ ayat 36 yang artinya :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Demikian pula, Hadits Nabi tentang kewajiban mencari ilmu:
“ Mencari ilmu diwajibkan bagi kaum muslim laki-laki dan perempuan” (HR.
Bukhori Muslim).”
Agar manusia tidak tersesat, terutama bagi orang-orang yang beriman. Nabi Muhammad SAW berpesan melalui Hadits yang artinya,
“Telah aku tinggalkan dua perkara yang apabila engkau memegang teguh keduanya, engkau tidak akan tersesat, kedua perkara itu adalah Kitabullah (Al
Qur’an) dan Sunnah Nabi (Al Hadits).”
Pada Landasan spiritual terdapat pula tuntunan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat, sebagaimana pada Hadits Nabi Muhammad SAW, artinya;
“Barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan kebahagiaan akherat, maka dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya (kebahagiaan dunia dan akherat), maka dengan ilmu.”
b.   Landasan Filsafat dalam Pendidikan
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah bependidikan itu? Mengapa pendidikan itu diperlukan? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Filsafat telah ada sejak manusia itu ada (Pidarta, 2001). Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita-cita yang mereka kejar dalam hidupnya, baik secara individu maupun secara kelompok. Gambaran dan cita-cita itu yang mendasari adat istiadat suatu suku atau bangsa, serta norma dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikan pula pendidikan yang berlangsung di suatu suku atau bangsa tidak terlepas dari gambaran dan cita-cita. Hal ini yang memotivasi masyarakat untuk menekankan aspek-aspek tertentu pada pendidikan agar dapat memenuhi gambaran dan cita-cita mereka. Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya memengenai pendidikan.
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan mayarakat, sedangkan pendidikan berusaha  mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraaan pendidikan, dan dari sisi lain pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Filsafat pendidikan merupakan jawaban secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa mengapa, kemana, dan bagaimana, dan sebagainya dari pendidikan  itu. Kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan itu akan segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatanya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.
                  Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil saja.
c.    Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Psikologi merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang selalu berada dan melekat pada manusia itu sendiri. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani.
            Adapun hubungan psikologi dengan ilmu pengetahuan alam (sains) adalah ilmu pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan mempengaruhi perkembangan metode dalam psikologi. Kenyataan, bahwa karena pengaruh ilmu pengetahuan alam, psikologi mendapatkan kemajuan yang cukup cepat, sehingga akhirnya psikologi dapat diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat, walaupun pada akhirnya, metode ilmu pengetahuan alam ini tidak tidak seluruhnya digunakan dalam lapangan psikologi, oleh karena perbedaan dalam objeknya. Sebab ilmu pengetahuan alam berobjekkan manusia yang hidup, sebagai makhluk yang dinamik, berkebudayaan, tumbuh berkembang, dan dapat berubah pada setiap saat. (Ahmadi dan Supriyono, 2003)
d.        Landasan Sosiologi dalam Pendidikan
Ada sejumlah definisi tentang sosiologi, namun walaupun berbeda-beda bentuk kalimatnya, semuanya memiliki makna yang mirip. Pidarta (2001) menyatakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ini ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. Perwujudan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Para guru dan pendidik lainnya akan menerapkan konsep sosiologi di lembaga pendidikan masing masing.
Salah satu bagian sosiologi yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Sosiologi pendidikan ini membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Pertama adalah tentang konsep proses sosial, yaitu suatu bentuk hubungan antar-individu atau antarkelompok atau individu dengan kelompok yang menimbulkan bentuk hubungan tertentu. Proses sosial menjadikan seseorang atau kelompok yang belum tersosialisasi atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya semakin meningkat. Mereka semakin kenal, semakin akrab, lebih mudah bergaul, lebih percaya pada pihak lain, dan sebagainya.
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara pendidik dengan anak didik. Dapatnya anak didik bergaul karena memang baik pendidik maupun anak didik adalah merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang selalu saling berintegrasi, saling tolong menolong, salin gingin maju, ingin berkumpul, ingin menyesuaikan diri, hidup dalam kebersamaan dan lain sebagainya. Sifat sebagai makhluk sosial sudah dimiliki sejak bayi, dan tampaknya merupakan potensi yang dibawa sejak lahir.
Dengan demikian, manusia sebagai makhluk sosial, menjadikan sosiologi sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan.

e.         Landasan Antropologi/ Budaya dalam Pendidikan
Kebudayaan yaitu keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Sebagai sosialisasi, pendidikan berarti suatu proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, sedangkan sebagai enkulturasi, pendidikan berarti suatu proses mempersiapkan individu agar menjadi manusia yang berbudaya.  Pendidikan sebagai pranata sosial dalam rangka proses sosialisasi dan/atau enkulturasi untuk mengantarkan individu ke dalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya, serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya.
Pendidikan informasl adalah pendidikan yang berlangsung secara wajar atau alamiah di dalam lingkungan hidup sehari-hari (keluarga, pergaulan teman sebaya, pergaulan di tempat bekerja, ritual keagamaan, adat-istiadat). Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung di jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang berlangsung di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang dalam waktu yang relative singkat dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (pelatihan penataran, seminar, kelompok belajar, kursus).
Nilai budaya yang kemudian dijadikan sebagai landasan /dasar kultural pendidikan, mengandung pengertian bahwa pendidikan itu selalu mengacu dan dipengaruhi oleh perkembangan budaya manusia sepanjang hidupnya. Budaya masa lalu berbeda dengan budaya masa kini, dan berbeda pula dengan budaya masa depan.
Ini berarti bahwa kebudayaan merupakan salah satu pijakan di dalam pendidikan yang berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung. Sebaliknya pendidikan itu sendiri akan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan baru yang menyebabkan berkembanganya kebudayaan yang ada. Dengan demikian terjadi hubungan timbal balik, di mana kebudayaan menjadi landasan pendidikan dan pendidikan mengarahkan pada berkembangnya kebudayaan yang baru.
f.         Landasan Hukum dalam Pendidikan
Diantara peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak membicarakan pendidikan adalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sebab undang-undang ini bisa disebut sebagai induk peraturan perundang-undangan pendidikan, mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi ditentukan dalam undang-undang ini.
Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilannya yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dalam landasan hukum terdapat Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun lingkup Standar Nasional Pendidikan yaitu:
1)          Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Pada penjelasan bagian kedua (Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum) pasal 6 ayat 1 (kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pada tingkat SMP dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berfikir ilmiah, kritis dan mandiri (Tim Asa Mandiri, 2006: 56).

2)          Standar Proses Pembelajaran
Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. (Tim Asa Mandiri, 2006: 20).
3)         Standar Sarana dan Prasarana
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan prasarana.
4)          Standar Penilaian Pendidikan
       Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar siswa.
       Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Penilaian Pendidikan dapat dilihat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 20 Tahun 2007. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1)        Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
2)        Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
3)        Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
5)             Standar Lulusan Pendidikan
       Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Lulusan  adalah juga implikasi dari Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasa 27 ayat 1, UUSPN nomor 20 tahun 2003, standar lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan siswa meliputi standar lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar lulusan minimal mata pelajaran.
       Standar lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Adapun fungsi standar kelulusan adalah sebagai berikut:
  • ·            Standar lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian   dalam penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan.
  • ·            Standar lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
  • ·         Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
  • ·            Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
g.        Landasan Empiris/ Penelitian Terdahulu dalam Pendidikan
Landasan empiris pendidikan dikenal pula sebagai landasan ilmiah pendidikan atau landasan faktual pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak  dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Tergolong ke dalam landasan ilmiah pendidikan antara lain: landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis pendidikan, dsb.
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan penerapan metode ilmiah. Para ilmuwan berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley dan David Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme (Calhoun, 2002).
Sumbangan utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan. Selain itu, tradisi empirisme adalah fundamen yang mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu pengtahuan sosial itu berbeda dengan ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme menempati tempat yang terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial. Acapkali empirisme diparalelkan dengan tradisi positivism. Namun demikian keduanya mewakili pemikiran filsafat ilmu yang berbeda.
C.      Deskripsi Model/ Strategi Pembelajaran
a.       Model
              Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
              Model pembelajaran memiliki ciri-ciri khusus yaitu:
·         Rasional Teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya
·         Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar
·    Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
·         Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
Pendidik sangat membutuhkan model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik yang sesuai dngan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Namun tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dengan model pembelajaran yang sama. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, pendidik harus memperhatikan keadaan atau kondisi peserta didik, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaranlan belajar peserta didik.
b.        Pendekatan
                   Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Roy Kellen (1998) mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada pendidik (teacher centered approaches) yang menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat peserta didik menurunkan strategi pembelajaran inkuiri dan pembelajaran induktif.
            Dalam hal ini di gunakan Pendekatan Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) yaitu suatu pendekatan yang dalam penggunannya melibatkan semua panca indera, karena pada penggunaanya peserta didik dituntut untuk menyimak penjelasan, lalu peserta didik juga harus bisa memecahkan masalah yang timbul yang berkaitan dengan materi dan mengemukakan pendapat atas masalah tersebut dan terakhir peserta didik dituntut untuk mengerjakan soal baik dalam bentuk tulisan atau kuis. Dengan penggunaan banyak panca indera yang terlibat, maka akan meningkatkan pemahaman belajar peserta didik.
1)             Belajar dengan Menanggapi dan Mendengarkan (Auditory)
            Mendengar atau mendengarkan adalah menangkap atau menerima suara melalui indera pendengaran. Pendengaran terhadap bunyi-bunyian, ini berarti apa yang baru saja didengar atau terdengar tidak segera hilang, melainkan masih terngiang dan masih turut bekerja dalam apa yang didengar atau terdengar pada saat berikutnya.
     Tanggapan  biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Suryabrata (2001:36) berpendapat sebenarnya definisi ini kurang menggambarkan materinya, sebab hanya menunjuk kepada sebagian saja dari tanggapan itu. Tanggapan diperoleh dari penginderaan dan pengamatan. Tanggapan ialah merupakan unsur dasar dari jiwa peserta didik. Tanggapan dipandang sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong dan menimbulkan keseimbangan diantara peserta didik.
2)         Belajar Dengan  Memecahkan Masalah (Intellectually)
Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Kenyataan menunjukkan, sebagian besar kehidupan kita adalah berhadapan dengan masalah-masalah. Kita perlu mencari penyelesaiannya. Apabila kita gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, kita harus mencoba menyelesaikannya dengan cara lain. Kita harus berani menghadapi masalah untuk menyelesaikannya.
     Terkait dengan masalah, Hudoyo (dalam Erman Suherman, 2003:10)  mengatakan bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah bagi seseorang, bila orang itu tidak memiliki aturan atau hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
     Untuk menyelesaikan suatu masalah, kita dapat menggunakan beberapa cara penyelesaian. Untuk memperoleh kemampuan dalam menyelesaikan masalah, seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam menyelesaikan berbagai masalah, khususnya yang menyangkut masalah fisika. Dalam pengajaran fisika, penyelesaian masalah merupakan salah satu pendekatan atau metode yang digunakan dalam belajar mengajar. Olehnya itu, hal terpenting yang harus dilakukan adalah bagaimana penyelesaian masalah itu diintegrasikan dalam kegiatan belajar mengajar fisika.
     Hudoyo  (dalam Erman Suherman, 2003:12) mengemukakan bahwa :
”Strategi pemecahan masalah fisika yang meliputi  empat langkah utama dengan sejumlah langkah pendukung. Langkah tersebut adalah: (1) Memahami masalah, (2) Merencanakan penyelesaian, (3) Melaksanakan penyelesaian, dalam menyelesaikan masalah, setiap langkah dicek apakah sudah benar atau belum; (4) Melihat kembali, pengecekan dilakukan untuk mengetahui”.
            Sementara itu, John Dewey(dalam Supriadi Dedi, 1997:16)  menyebutkan lima langkah dasar untuk  pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a.       Menyadari bahwa masalah itu ada
b.      Identifikasi masalah
c.       Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk penyusunan hipotesis
d.      Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin
e.       Evaluasi terhadap solusi dan menyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang ada.
            Dengan memperhatikan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah itu merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menemukan suatu jalan keluar dari masalah yang dihadapi yang berupa langkah-langkah penyelesaian yang dibuat sedemikian sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan. Adapun kemampuan-kemampuan tersebut disesuaikan dengan langkah-langkah penyelesaian masalah masalah yang umum atau yang biasa digunakan yaitu kemampuan dalam memahami masalah, menyusun rencana (memilih strategi) penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan mengkomunikasikan penyelesaian masalah dengan uraian.
3)        Belajar Dengan Cara Pemberian Tugas Atau kuis (Repetition)
             Dalam pengajaran fisika, pemberian quis merupakan pemberian soal latihan kepada peserta didik pada waktu proses belajar mengajar berlangsung untuk diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia.
 Pemberian kuis digunakan untuk memberikan latihan kepada peserta didik, kemudian pendidik bersama peserta didik membahas soal yang dianggap sukar, dengan tujuan meningkatkan minat dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu, pemberian kuis ini juga diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan pokok bahasan yang diajarkan di kelas. Tujuan lain yang ingin dicapai melalui pemberian kuis ini adalah untuk melihat kemampuan perorangan peserta didik terhadap materi/pokok bahasan fisika yang diajarkan.
Jadi pemberian quis ini dilakukan dengan harapan bahwa yang diberikan oleh setiap peserta didik adalah jawaban yang dibuat sendiri oleh peserta didik di kelas. Berbeda halnya dengan peserta ddidik yang diberikan tugas rumah, ada kemungkinan bukan peserta didik tersebut yang mengerjakannya tetapi orang lain. Jadi bila hal tersebut terjadi, maka akan sulit mengukur kemampuan peserta didik dengan baik, sehingga pada akhirnya pemberian kuis dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat menambah semangat dan motivasi peserta didik untuk belajar.
c.    Strategi
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Wina Senjaya, 2008).
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
d.        Metode
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Dalam hal ini peneliti menerapkan metode team work atau pembelajaran kelompok. Menurut Ibrahim, dkk (2000: 5-6) metode team work atau pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Peserta didik bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya.
Dengan kata lain metode team work yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok atau group tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan, dengan cara bersama-sama dan bertolong-tolongan.
a)            kebaikan metode kerja kelompok :
·         Menumbuhkan rasa kerjasama.
·         Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok untuk tampil sebagai kelompok yang terbaik sehingga dengan demikian terjadilah persaingan yang sehat
·         Kemungkinan terjadi adanya transfer pengetahuan antar sesama dalam kelompok yang masing-masing dapat saling isi mengisi dan melengkapi kekurangan dan kelebihan antar mereka.
·         Timbul rasa kesetiakawanan sosial antar kelompok/group yangb dilandasi motivasi kerja sama untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
·         Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan.
b)          Kekurangan metode kerja kelompok :
  • Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain.
  • Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan rnenghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang.